Rabu, 13 Mei 2020

Serba-serbi Budidaya Jamur Enokitake (Flammulina velutipes)

By. Rahmad Puji Darmawan

Halo sedulur…. Apa kabar?

Semoga baik-baik saja…ditengah pademi ini semoga kita selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kita tetap sehat dan tidak lupa bahagia :)

Okeyy…kali ini saya mau sharing-sharing sedikit mengenai salah satu jamur yang dapat dimakan (edible mushroom) yakni jamur enokitake atau nama ilmiahnya Flammulina velutipes.

Topik bahasan sharing kali ini adalah sebagai berikut :

  •      Pengenalan Jamur
  •       Media Tanam Jamur
  •       Lingkungan Tumbuh Jamur
  •       Pembibitan Jamur
  •       Teknik Budidaya Jamur
  •       Panen dan Pasca Panen Jamur

Baiklah langsung saja ke bahasan skuy… :v

  1.      Pengenalan Jamur

Jamur Enokitake (Flammulina velutipes) merupakan salah satu jamur yang dapat dimakan yang juga dikenal sebagai jamur musim dingin (winter mushroom). Hal tersebut dikarenakan pada alam bebas jamur ini sering tumbuh saat musim dingin, di daerah beriklim sejuk jamur enokitake tumbuh saat musim gugur sampai musim semi (Aditya dan Saraswati, 2011). Jamur ini biasanya diolah menjadi berbagai masakan sup Jepang, Korea selanjutnya masakan Vietnam dan Cina.

Merupakan jamur yang populer di Negara Korea, Cina, Jepang, dan Negara Asia lainnya seperti Vietnam
Gambar. Jamur Enokitake (Flammulina velutipes)
(Sumber gambar: Ilmubudidaya.com)

Asal dari nama jamur ini sendiri berasal dari bahasa Jepang ‘enoki’ dikarenkan sering ditemuinya jamur ini tumbuh pada permukaan batang pohon enoki bahasa Jepang dari Phusu (Celtis sinensis).

Jamur Enokitake memiliki beragam manfaat bila dikonsumsi, kandugan dalam setiap  100 gram jamur mengandung sebanyak 31,2% protein, 5,8% lemak 3,3% serat, serta 7,6 % abu (Sharma et al., 2009 dalam Marzuki et al., 2016). Selanjutnya dalam buku yang ditulis Aditya dan Saraswati, (2011) jamur enokitake memiliki manfaat yaitu :

·         Sebagai alternative makanan aman dan sehat bagi penderita diabetes

·         Mengatasi penyakit kanker prostat

·         Menurunkan tekanan darah dan kolesterol

·         Dipercaya mengurangi masalah sulit buang air besar

·         Bahkan dapat sebagai antikanker dan tumor

Jamur enokitake yang sering kita temui di supermarket memiliki warna putih dikarenkan jamur tersebut merupakan hasil budidaya yang dimana jamur terhindar dari sinar matahari. Sementara jamur enokitake yang ditemui di alam bebas memiliki warnya yang berbeda yakni coklat hampir merah jambu.

Memiliki warna yg berbeda dengan yg hasil budidaya
Gambar. Jamur Enokitake di Alam 
(Sumber gambar: Id.Wikipedia.org)

2.      Media Tanam Jamur

Media untuk tamam jamur enokitake kita lihat dari awal pembibitan memiliki media berbeda-beda. Namun pada umumnya media yang digunakan untuk budidaya jamur ini adalah serbek gergaji atau serbuk bonggol jagung yang kemudian ditambahkan nutrisi lainnya (Aditya dan Saraswati, 2011). Berikut media tanam jamur menurut Tamad et al., (2015) dari mulai bibit:

·         Bibit F0

Media yang digunakan saat pembibitan F0 adalah PDA (Potatoes Dextose Agar). PDA dibuat dari kentang yang dipotong kecil-kecil, direbus dalam 1 liter air aquades selama 20-30 menit, diambil air hasil rebusan kemudian ditambahkan agar-agar putih dan dextrose yang kemudian dipanaskan sampai menidih kemdian di dinginkan.

·         Bibit F1

Media yang digunakan serbuk kayu, tepung beras, gula putih, dan NPK. Perbandingan yang digunakan untuk bahan-bahan tersebut adalah 100:100:25:4:1. Apabila sudah tercampur dengan rata dimasukkan dalam wadah botol.

·         Bibit F2 (yang digunakan saat produksi budidaya jamur)

Media yang digunakan serbuk gergaji kayu, dedak, tepung jagung, kapur (CaCO3) dan NPK. Perbandingan yang digunakan adalah 100:10:10:2,5:1 serta ditambah sedikit air sampai lembab. Jumlah media yg digunakan 0,5 – 1,0 kg. Mencampur bahan sampai rata dan dilakukan pengecekan pH media tanam. Media yang telah siap dimaukkan dalam botol plastik tahan panas, dipadatkan, dan ditutup. Serbuk gergaji yang digunakan adalah berasal dari kayu sengon. Tidak lupa setelah jadi maka dilakukan sterilisasi botol yang telah terisi media tanam untuk menghindari kontaminasi.

3.      Lingkungan Tumbuh Jamur

Jamur enokitake mudah tumbuh di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl (di atas permukaan laut). Pembudidayaan jamur tidak mustahil di dataran rendah asalkan kondisi iklim lingkungan rung penyimpanan/produksi disesuaikan dan diatur sesuai kebutuhan jamur. (Sunanto dan Hardi, 2000; Azizi et al., 2012 dalam Tamad et al., 2015). Lingkungan tumbuh jamur enikitake menurut Tamad et al., (2015) adalah sebagai berikut:

·         Kelembapan

Kelembapan lingkungan yang dibutuhkan jamur enokitake kelembapan yang tinggi seperti jamur pada umumnya yakni 70% selama penumbuhan miselium dalam baglog (Aditya dan Saraswati, 2011). Selanjutnya saat pembentukan tumbuh buah kelembaban yang lebih tinggi 70-85%.

·         Suhu

Suhu yang baik untuk jamur enokitake 15oC pada saat pertumbuhan miselium baglog (Aditya dan Saraswati, 2011). Selanjutnya untuk pembentukan tubuh buah dibutuhkan suhu 13-15oC.

·         pH

Konsisi pH dalam media tumbuh jamur yang biak adalah dalam rentang 6,8 – 7,0.

·         Cahaya

Cahaya yang diperlukan oleh jamur saat masa vegetative (pertumbuhan miselium) sangat sedikit sekitar 10% saja. Sementara itu cahaya yang diperlukan saat pembentukan tubuh buah memerlukan cahaya yang lebih banyak skurang lebih sekitar 60-70%.

·         Aerasi

Kodisi aerasi ini terdiri dari kadar CO2 dan O2. Kandungan CO2 dalam pertumbuhan miselium jamur diperlukan lebih tinggi yaitu 15-20%, sementara pada saat pertumbuhan tubuh buah sedikit membutuhkan CO2. Sebaliknya untuk kandungan O2 saat fase pertumbuhan miselium memerlukan dalam jumlah sedikit, sementara saat pertumbuhan tubuh buah memerlukan lebih banyak. 

4.      Pembibitan Jamur

Pembibitan jamur enokitake hampir sama dengan jamur budidaya lainnya yaitu melewati pembibitan F0, F1, dan F2. F0 merupakan bibit jamur yang diambil dari indukan jamur. Indukan jamur sendiri harus jamur yang sehat tanpa terinfeksi pathogen, dari varietas unggul, berasal dari panen pertama dalam baglog yang berumur 3-4 minggu setelah pembentukan pin head. Selanjutnya F1 merupakan hasil dari perbanyakan F0, dan F2 adalah hasil perbanyakan dari F1.

Sebelum melakukan pembibitan diperlukan ruangan dan peralatan yang steril supaya bibit jamur tidak terjadi kontaminasi oleh pathogen maupun jamur lain. :)”

·         Pembibitan F0

Peralatan yang diperlukan dalam pembibitan F0 tentu saja indukan jamur, selanjutnya adalah Laminar Air Flow (LAF), Autoclave, Cawan petri, peralatan isolasi (spatula, pisau scalpel, bunsen, plastik wrap dan alumunium foil).

Alat yang digunakan yang bebas dari kontaminasi (steril)
Gambar. LAF

Alat untuk sterilisasi mini
Gambar. Autoclave


Langkah dalam pembibitan dapat disebut isolasi. Isolasi merupakan tahapan pengambilan sampel/bagian tertentu dari indukan untuk ditanam dalam media tanam yaitu PDA. Isolasi dilakukan dalam LAF yang sudah disterilkan oleh lampu UV (1 jam) dan diseprot dengan alkohol demi menjaga sterilisasi dari kontaminasi.

Hasil pembibitan dari badan indukan
Gambar. Bibit F0 pada cawan patri
(Sumber gambar: Tamad et al., 2015)

Langkah selanjutnya ingkubasi PDA, miselium akan menutupi semua permukaan PDA selama 2-4 minggu (Tamad et al., 2015). Ingkubasi ini adalah kegiatan melekatan media tanam pada suatu ruangan khusus yang memiliki kondisi lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan miselium jamur.

·         Pembibitan F1

Pembibitan F1dimulai dengan lagkah mengambil miselium dari F0 kemudian dimasukkan dalam botol yang berisi media tanam untuk F1. Proses tersebut dapat disebut juga inokulasi. Selanjutnya tutup dengan kapas streil dan di lakukan ingkubasi kembali sampai miselium memenuhi media tanam.

Hasil dari perbanyakan bibit F0
Gambar. Bibit F1
(Sumber gambar: Ilmubudidaya.com)

·         Pembibitan F2

Pembibitan F2 dillakukan dengan pemindahan bibit F1 ke media tanam F2 yang sudah dimasukkan dalam botol botol polypropylene. Selanjutnya kembali dilakukan ingkubasi. Apabila miselium sudah memenuhi ¾ media tumbuh maka dapat dipindahkan ke ruang produksi.

5.      Teknik Budidaya Jamur

Sebelum melakukan budidaya jamur tentunya diperlukan tempat budidaya yaitu kumbung. Kumbung ini adalah tempat produksi dari jamur dimana tempat mengatur kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan jamur. Selain kumbung juga diperlukan rak-rak tempat meletakkan baglog, ruang persiapan ruang pembibitan, ruang inokulasi, dan ruang ingkubasi jamur.

Teknik budidaya yang digunakan dalam budidaya jamur enokitake biasa yang sering digunakan adalah Bottle Cultivation. Pengertian dari teknik ini adalah penggunaan media substrat (Contoh:serbuk gergaji, biji kapas, jerami, dsb) yang dimasukkan dalam botol polypropylene yang memiliki kelebihan dapat digunakan berkali-kali dan tahan panas.

Langkah-lagkah budidaya setelah pembibitan F2 meliputi sebagai berikut :

·         Memindahkan botol yang berisi miselium ke ruang produksi (kumbung)

·         Melakukan perawatan seperti penyiraman untuk menjaga kelembaban udara, membuka fentilasi agar cahaya dapat masuk dan dapat terjadi sirkulasi udara. Penyiraman dapat dilakukan satu hari sekali pada pagi atau sore. Akan tetapi frekuensi penyiraman dapat ditambahkan bila dirasa kondisi cuaca sedang panas/kering. Penyiraman dilakukan dengan teknik pengkabutan pada lantai atau atap kumbug dengan menggunakan spayer. Tidak lupa dilakukan penyiraman pada media tanam untuk menjaga kelembapannya, penyiraman dapat dilakukan 3 hari sekali.

6.      Panen dan Pasca Panen Jamur

Jamur enokitake siap dipanen saat berumur 30 hari (Aditya dan Saraswati, 2011). Pemanena jamur dilakukan dengan mencabut/memotong batang buah jamur dari media tanam. Kegiatan pascapanen yang dilakukan dapat berupa sortasi dan pembersihan, penimbangan dan pengemasan. Pengemasan dapat menggunakan plastik bening yang telah diberi label.

Merupakan hasil dari inokulasi bibit F2
Gambar. Jamur Enokitake yang siap panen
(Sumber gambar: tipsbudidaya.com)

Kemasan membantu memertahankan jamur lebih lama dan sebagai indentitas produk jamur
Gambar. Jamur Enokitake dalam kemasan
(Sumber gambar: indofresh.co.id)

Itulah sedikit sharing-sharing sedikit mengenai serba-serbi budidaya jamur enokitake. Saya mengerti bahwa masing banyak kekurangan dalam penulisan maka dari itu saya berharap atas kritik ataupun saran yang bersifat membangun supaya tulisan kedepannya dapat lebih baik lagi.

Okeyyy...., akir kata terima kasih telah berkunjung dan semoga bermanfaat sedulur :)


DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Rial dan Desi Saraswati. 2011. 10 Jurus Sukses Beragribisnis Jamur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Marzuki, Betty Mayawatie, Tatang Sharmana Erawan, Joko Kusmoro. 2016. Pengaruh Penambahan Berbagai Takaran Ampas Tahu pada Media Bibit Indukan Jagung Terhadap Pertumbuhan Miselium dan Bobot Bibit Indukan Jamur Enoki (Flammulina velutipes (Curt. Fries) Singer). Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek. ISSN: 2557-533X. Hal : 147-152.

Purwanti, Puput. 2018. 5 Cara Budidaya Jamur Enoki di Indonesia yang Pasti Berhasil. Ilmubudidaya.com. https://ilmubudidaya.com/cara-budidaya-jamur-enoki-di-indonesiaDiakses pada 13 Mei 2020.

Redaksi Health Secret. 2013. Awet Muda ala Korea. Jakarta : Gramedia.

Tamad, J. Maryanto, P. Widyasunu, M.N. Budiono dan Kartini. 2015.  Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergajian Kayu untuk Media Jamur Konsumsi Bernilai Ekonomi dan Prospektif. Jurnal Agrin. Vol 19 (2) : 141-150.